Fauzan Sukry, Project Officer CalegMuda.id | Opini
“Kegilaan adalah melakukan hal yang sama secara berulang dan mengharapkan hasil yang berbeda” – Albert Einstein
Anak-anak muda Indonesia pasti geram karena belum lama ini ada pemberitaan sikap anti kritik para pejabat politik di lampung dan para wakil rakyat kita seperti Bambang Pacul dan Markus Mekeng yang cukup jujur dengan statement nyeleneh seperti “memakan uang haram kecil enggak apa-apa”.
Itulah realitas kondisi politik Indonesia saat ini. Para wakil rakyat yang mendapatkan penghasilanya dari rakyat, tapi mengabdi sepenuhnya untuk tugas-tugas parpol. Saya salut sebetulnya dengan Pak Bambang Pacul bisa transparan memberikan kabar bahwa yang saat ini duduk di Parlemen bukanlah wakil rakyat. Risiko memang kalo di negara yang memiliki wakil rakyatnya sudah uzur.
Fakta data menunjukan hanya 4% kertewakilan anak muda di Parlemen Senayan untuk saat ini, sedangkan anak-anak Gen Z dan Milenial Indonesia di 2024 sebagai pemilih mayoritas.
Apakah kaum muda Indonesia berkeinginan memilihara rasa pembiaran terkait potret politik di Parlemen saat ini yang cukup paradoks dengan moralitas kaum muda Indonesia kebanyakan?
Mungkin kita bisa lebih kritis dan perlu bijak memilih wakil rakyatnya yang akan menduduki di bangku hangat kekuasaan legislatif pada tahun 2024! dan pastikan kita ikut dinamika pemenangan untuk para caleg muda di dapil kita masing-masing. Kelak jika mereka menang, kita punya akses langsung untuk memantau kinerjanya di rumah rakyat.
Persoalan proses supply kader dari sekolah politik parpol yang anggotanya mau nyaleg untuk ikut berkompetisi memang bukan kebutuhan untuk strategi pemenangan. Melainkan temuan team Caleg Muda dari gerakan TurunTangan, sekolah pembekalan para caleg saat ini hanya mendeliver ideologi dan value partai saja.
Materi pemenangan hanya ada di sekolah politik lembaga konsultan politik yang biayanya tidak murah. Bagaimana nasib para Caleg yang modal logistiknya terbatas, tapi memiliki kapasitas juang yang baik jika berkesempatan terpilih.
Dari sinilah Gerakan TurunTangan hadir dan berinisiatif untuk menghadirkan sekolah politik alternatif yang inklusif/lintas partai. Objektif program kami memberikan pembekalan bagi para Caleg muda (usia 25 – 40 thn) yang memiliki etika dan moralitas yang baik dengan 5 modal aspek sebagai kualifikasi mengikuti program training kami.
Saat kami melakukan publikasi untuk recruitment calon peserta, antusias para Caleg muda cukup besar, ditandai dengan jumlah pendaftar sebanyak 111 calon peserta dari berbagai partai dan daerah.
Peserta kami beragam saat Batch 1 lalu, ada yang berasal dari orang tuanya dulu seorang pekerja serabutan dan ibunya hanya lulusan SD. Ada peserta yang profesinya saat ini sebagai petani millennial dari daerah pemilihan Brebes. Ada yang Bapaknya eks Gubernur Sumatera Barat dan ada anak dari Ketua Kaderisasi salah satu partai ternama di Indonesia. Bahkan ada perempuan yang paling muda sebagai peserta dengan usia 22 tahun dan berasal dari partai yang cukup sepuh di kancah politik nasional.
TurunTangan sebagai penyelengara program tidak memandang peserta itu dari anak tokoh siapa atau punya logistik seberapa besar. Kami ingin menciptakan kultur meritokrasi dalam kompetisi Pemilihan Legislatif di tahun 2024.
Mazhab program CalegMuda ialah menang. Karena politik tanpa otoritas hanyalah ruang percakapan yang utopis. Materi yang kami berikan sebagai pembekalan juga sudah kami uji kelayakan silabusnya.
Ada materi tentang Kapasitas Politik, Kapasitas Legislatif, Kapasitas Kepemiluaan, Fundraising, menentukan spektrum Personal Branding, bahkan Manajemen Relawan Politik yang mungkin tidak pernah ditemukan kurikulumnya dalam sekolah politik pembekalan bagi Calon Legislatif kebanyakan.
Kami juga mengajak peserta batch 1 untuk berkunjung ke ruang kerja DPRD Provinsi DKI dan mengajak peserta berkunjung ke objek hasil kemitraan antara eksekutif dan legislatif, yaitu Rumah Susun Produktif Cakung sebagai bentuk strategi afirmasi bagi para peserta Caleg Muda batch 1.
Terbilang cukup progresif ide TurunTangan terkait program Caleg Muda ini. Kami mau melanjutkan semangat berpolitik untuk memperjuangkan hak rakyat, khususnya hak anak muda yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan nasional di Indonesia.
Dalam konteks ini, kami mengajak berbagi pihak untuk bisa berpatisipasi dalam pengembangan program gagasan Caleg Muda. Karena kaum muda perlu semangat.
#Takdirnyaberjuang untuk Indonesia lebih baik! Kita tidak bisa terus dijadikan objek politik oleh para pejabat yang krisis etika dan moralitas.
Salam Pancasila.
Opini ini sepenuhnya mewakili opini pribadi si penulis dan tidak mewakili redaksi.