Jacklyn Uly Manuela, Universitas Bina Nusantara | Opini
Tidak terasa sudah, tahun depan Indonesia akan kembali mengadakan pesta demokrasi untuk memilih pemimpin negara yang baru. Dengan adanya pemilu, maka masyarakat akan banyak melihat kampanye perpolitikan baik melalui media massa, media cetak, hingga media elektronik.
Seluruh belahan tempat akan dipenuhi berbagai baliho-baliho partai, yang bertujuan untuk mempromosikan partai politik, anggota dewan, hingga presiden yang nantinya akan mengambil kebijakan baru untuk negara ini.
Salah satu media yang digunakan bagi para partai maupun calon pemimpin dalam melakukan kampanye adalah media sosial. Di jaman yang semakin canggih, media sosial digunakan sebagai keperluan politik untuk mempromosikan partai maupun calon pemimpin negara.
Hanya saja, masa-masa promosi politik juga menjadi sasaran empuk bagi para oknum tak bertanggung-jawab untuk membawa isu SARA, berita hoax, dan hal-hal yang menyinggung lainnya. Bukan hanya memancing keributan, hal-hal tersebut juga dapat merusak kesehatan mental.
Sosial media yang seharusnya dijadikan sebagai sarana komunikasi, berubah menjadi sarana di mana kita dapat melihat perselisihan di mana-mana. Tentunya, itu akan membuat masyarakat menjadi lebih stress dan dapat menganggu kesehatan mental mereka. Jika melihat hal seperti ini, mungkin salah satu cara yang sering disampaikan banyak orang adalah menyaring isi sosial media.
Namun tak jarang, terkadang ada saja postingan media sosial yang lewat dan itu biasanya tidak sesuai dengan algoritma pencarian pengguna. Sehingga, pengguna akan tetap melihat postingan seperti itu meskipun mereka berusaha menyaringnya.
Oleh karena itu, berikut adalah beberapa solusi yang dapat dilakukan para pengguna sosial media dilansir dari mudabicara.com agar dapat menjaga kesehatan mental mereka selama pemilu berlangsung:
Dalam masa-masa pemilu, masyarakat lebih bisa diharapkan untuk membatasi penggunaan sosial media.Lebih banyak luangkan waktu untuk melakukan hal-hal bermanfaat lainnya dan jangan terlalu banyak melakukan kegiatan scroll sosial media. Agar anda dapat terhindari dari postingan-postingan perpolitikan yang bersifat hoax dan memancing keributan.
Selanjutnya, masyarakat dapat mencari kesibukan di dunia nyata yang sekiranya dapat membantu pembatasan aktifitas di dunia maya. Dengan begitu, masyarakat akan dapat lebih produktif selama pemilu berlangsung dan dapat lebih menyaring diri dari hal-hal negatif yang biasa terjadi di dalam perpolitikan.
Terakhir adalah mengatur algoritma sosial media. Masyarakat dapat lebih banyak mengatur pencarian sosial media mereka dengan hal-hal positif dan bermanfaat. Selain untuk menambah ilmu, hal tersebut juga berguna untuk meminimalisir postingan sensitif berbau politik yang bisa saja lewat di halaman media sosial anda.
Opini ini sepenuhnya mewakili opini pribadi si penulis dan tidak mewakili redaksi.