Menu

Mode Gelap
Kurangi Penetrasi Pengangguran, Mahasiswa Magister Komunikasi Paramadina Gelar Workshop untuk Anak Muda Depok Apresiasi atas Keberhasilan Mewujudukan Kesetaraan dalam Pendidikan, Nadiem Dipuji Lewat Surat Terbuka Bangkitkan Kekayaan Musik Tradisi Indonesia, Kemendikbudristek Siap Gelar Lokovasia 2024 Kabar Gembira! Mendikbudristek Batalkan Kenaikan UKT Mahasiswa Peringatan Hari Film Nasional ke-74 Tuai Sambutan Positif Masyarakat

Opini · 26 Apr 2023 WIB

Pesta Halloween Terselenggara di Arab Saudi, Akankah Menjadi Budaya Baru?


 Pesta Halloween Terselenggara di Arab Saudi, Akankah Menjadi Budaya Baru? Perbesar

Amalia Rahmadani | Opini

Bangsa Arab memang identik dengan masyarakatnya yang menganut agama islam. Orang di seluruh penjuru dunia akan langsung merujuk pada kata ‘islam’ jika mendengar negara ini. Namun, hal tersebut mulai terasa asing usai diadakannya pesta halloween, padahal sebelum- sebelumnya Raja Arab yaitu Raja Salman melarangnya.

Hal yang terasa asing dan sudah merasa melenceng tersebut pun tentu saja menuai kritik banyak orang, terutama bagi kaum muslimin di seluruh dunia. Tak khayal, perubahan yang drastis pada bangsa Arab ini mengejutkan banyak pihak yang menobatkan Arab sebagai negaranya Islam.

Dilansir dari CNBC Indonesia, banyak orang yang mengkritik bahwa pendirian agama di Arab Saudi mempunyai standar yang ganda. Kritikan lebih panas lagi setelah mereka tahu bahwa pemerintah Arab Saudi melarang dan tidak mengizinkan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, melainkan pesta semacam Halloween yang bagi bangsa Arab belum pernah dilakukan justru diizinkan.

Dilansir dari CNBC Indonesia, pesta Halloween tersebut menyedot sebanyak 500.000 orang. Pemerintah mengizinkan perayaan Halloween tersebut hanya untuk hiburan semata dan penyelenggaraannya tidak akan membahayakan.

Namun tetap saja, yang namanya identitas suatu negara jika tercoreng oleh satu hal yang tidak sesuai dengan identitas mereka maka akan dianggaap negatif dan buruk di mata masyarakat dunia.

Mungkin bagi negara-negara non muslim hal tersebut terasa biasa saja dan justru akan ikut senang dengan perubahan yang ada pada bangsa tersebut. Bagi negara non muslim, perayaan tersebut menjadi reformasi baru bangsa Arab untuk bersatu dengan bangsa-bangsa yang sudah menjadikan pesta halloween sebagai perayaan rutinan tiap tahun.

Miris sekali, bahkan budaya yang sudah melekat pada bangsa Arab seperti jubah putih dan sorban yang mereka pakai, tidak berlaku ketika mereka merayakan pesta Halloween ini. Banyak orang yang memakai pakaian dengan aurat terbuka seperti bikini, dan lain-lain.

Miras juga tersedia saat pesta tersebut berlangsung, disertai dengan DJ terkemuka di dunia yang turut hadir dan diundang pada pesta tersebut. Memang terdapat hal positif yang dapat diambil dengan terselenggaranya pesta ini di bangsa Arab, seperti memperkenalkan negara Arab di negara- negara dengan perekonomian tinggi sehingga menarik para investor.

Namun, adanya pesta ini di bangsa yang dijuluki dengan bangsa islam ini tentu menuai dampak negatif yang tak kecil, dimana identitas mereka sangat disoroti oleh masyarakat islam sebagai bangsa yang sudah tidak mengutamakan kembali nilai-nilai islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Opini ini sepenuhnya mewakili opini pribadi si penulis dan tidak mewakili redaksi.

Artikel ini telah dibaca 89 kali

badge-check

Redaktur

Baca Lainnya

Kajian Yuridis Hukum Lingkungan Terhadap Permasalahan Pencemaran Yang Terjadi di Sungai Kecamatan Dukupuntang

29 Februari 2024 - 14:41 WIB

Kriminalisasi Seksual Terhadap Jurnalis Perempuan di Indonesia

16 Februari 2024 - 10:54 WIB

Perlindungan Hukum Anak Di Bawah Umur Dalam Tindak Pidana Cyber

16 Februari 2024 - 10:49 WIB

Upaya Pertanggungjawaban dan Perlindungan Hukum Terhadap Perempuan Dalam Jaringan Tindak Pidana Peredaran Narkotika

16 Februari 2024 - 10:44 WIB

Bawaslu Wajib Lakukan Pembinaan Jajaran Pengawas Pemilu: Upaya Optimis Tingkatkan Kinerja di Pemilu 2024

26 Januari 2024 - 10:30 WIB

Penilaian Kritis 100 Hari Kepemimpinan: Kecaman Terhadap Langkah Politik Pragmatis PP IPM di Era Politik 2024

19 Januari 2024 - 22:38 WIB

Trending di Opini